Idul Adha Tahun Lalu

Selamat hari raya idul adha 1437 H. Alhamdulillah tahun ini saya bisa merayakan lebaran haji di rumah, di Bekasi.  Beberapa tahun ke belakang saya selalu melewatkan momen idul adha di rumah dan lebih memilih merayakannya di Ciputat. Bahkan tahun lalu, saya merayakan hari raya kurban di belahan bumi yang lain, jauh dari keluarga dan sahabat, jauh dari hingar-bingar menyambut hari raya.

Hal yang terasa sangat berbeda saat akan merayakan idul adha di Sydney adalah tidak adanya euforia menyambut hari raya tersebut. Jangan bayangkan akan mencium aroma sapi/kambing di sepanjang jalan, lah pedagang sapi nya aja engga ada. Padahal disini banyak sekali taman-taman nganggur yang bisa saya bayangkan kalau di Indonesia pasti akan jadi peternakan hewan dadakan. Belum lagi, momen idul adha kali itu jatuh pada hari kerja yang pastinya bukanlah hari libur. Malam harinya, tidak sekalipun terdengar gema takbir berkumandang, masjid terdekatnya aja beda suburb dari tempat tinggal, yang saya dengar hanyalah dentuman musik dari apartment bawah, makin sepi lah ini hati saya menyambut hari raya. Saya memaklumi, umat muslim di Australia termasuk golongan minoritas. Walaupun demikian, momen idul adha kali ini tetap berkesan untuk saya.

Awalnya saya sempat penasaran, “kalau di Sydney ini engga ada yang jual hewan kurban di sepanjang jalan, lalu bagaimana caranya umat muslim disini yang ingin ber kurban?”. Tapi akhirnya saya berhasil menemukan salah satu jawaban. Hari-hari sebelum idul adha saya sempat solat di masjid Gallipoli Auburn, boleh dibilang masjid ini menjadi yang terbesar di Sydney, NSW. Papan pengumuman di masjid menempelkan selembaran tentang kesempatan untuk berkurban. Nah berbagai jenis ‘paket’ berkurban ditawarkan yang mana daging kurban nya akan dikirimkan ke negara yang membutuhkan. Mayoritas negara-negara di Afrika menjadi target penerima kurban tersebut, beberapa negara di Asia juga dicantumkan termasuk untuk Indonesia 😦 🙂 . Ini negara emang udah makmur kali yaa, makanya daging kurbannya akan dikirim ke negara-negara berkembang.

wp-image-1093336673jpeg.jpeg

 Tiba di Parramatta station

Sehari sebelum hari raya, saya sempat khawatir apakah bisa melaksanakan solat ied, mengingat masjid terdekat yang saya tahu (masjid Gallipoli Auburn) letaknya cukup jauh dari apartment saya. Jangan tanya kenapa engga solat di KJRI / dekat komunitas Indonesia. Lokasi kampus WSU dan tempat tinggal saya berada di wilayah barat nya kota Sydney, boleh dibilang jauh sekali dari KJRI / pusat kota. Beruntungnya, malam itu di grup WA PPIA WSU terdapat jarkoman tentang lokasi-lokasi pelaksanaan solat idul adha di Sydney dan sekitarnya. Walaupun tidak dapat dikonfirmasi kebenaran informasi tersebut, bismillah saja saya memilih satu tempat dan berniat untuk berangkat solat idul adha di Parramatta.

Bersama Bella dan Amanda yang kebetulan tidak berhalangan, pagi sekali kami sudah meninggalkan apartment (hey, apartment kami berbeda yah) dan berjalan menuju stasiun Kingswood. Beruntung jadwal kereta disini dapat diandalkan dan mudah diakses sehingga kami dapat memperkirakan waktu perjalanan menuju lokasi solat ied. Setelah setengah jam, kereta kami tiba di stasiun Parramatta tepat pukul 6.43. Saat itu kami berburu waktu mengingat pelaksanaan solat dijadwalkan jam 7.30, padahal kami belum tahu lokasi persis solat ied-nya. Dengan mengandalkan aplikasi penunjuk arah, kami berjalan sepanjang Darcy St mengarah ke jalan Pitt St, gedung-gedung perkantoran menghiasi sisi kanan jalan sementara pemandangan Parramatta Park tersaji indah di sebelah kiri kami. Sampai di pertigaan menuju Macquarie St, kami mengikuti segerombolan orang yang diduga akan melaksanakan solat ied juga, rupanya kami benar, memasuki taman Parramatta yang rindang di musim semi hingga melewati Old Government House tampak dikejauhan sekerumunan orang yang kami yakin itu adalah lokasi pelaksanaan solat ied.

20150924_0720251

Bersiap untuk solat ied

Lapangan cricket Parramatta Park disulap menjadi lokasi berlangsungnya solat ied. Wajah-wajah khas timur tengah mendominasi jamaah solat idul adha. Meski diterpa angin dingin, solat berlangung secara khidmat dan dilanjutkan khutbah. Sang khotib menyampaikan rasa syukurnya karena umat muslim diizinkan untuk melaksanakan ibadah, meski berstatus minoritas. Lebih lanjut, khotib berpesan agar umat Islam meneladani sikap nabi Ibrahim dan nabi Ismail yang tunduk akan perintah Allah. Khutbah berlangsung selama ± 20 menit, kemudian para jamaah bersalaman satu sama lain.

wp-image-1353329730jpeg.jpeg

Khutbah idul adha di parramatta park

Saya, Bella dan Manda melanjutkan perjalanan menuju Westfield Parramatta, sebuah pusat perbelanjaan yang letaknya berhimpitan dengan stasiun Parramatta. Menyadari bahwa tidak akan ada acara panggang sate dan sejenisnya, kami memutuskan untuk berbelanja kebutuhan mingguan dan dilanjutkan acara masak-masak untuk menghibur diri. Yeay.

wp-image-1644918216jpeg.jpeg

Tetep senyum sambil menahan udara dingin

Tinggalkan komentar