Beranda 12 Bulan

 

Halo kawan tidak terasa yah kita sudah berada di penghujung tahun 2015. Menengok kembali ke 12 bulan ke belakang, pastinya sudah banyak capaian-capaian yang telah kalian raih di tahun ini. Sama halnya seperti kebanyakan orang, saya memiliki catatan mengenai resolusi yang akan dilakukan selama tahun 2015. Setelah iseng membuka kembali file ms.word di lappy tercinta, saya menemukan tulisan itu, tulisan yang singkat, bahkan tidak lebih dari 100 kata namun ternyata memliki dampak yang luar biasa!

15

catatan di awal tahun yang berakhir dengan coretan “done”

Masih segar ingatan saya ketika memikirkan “apa ya yang mau gue lakuin di 2015” atau “gue harus ngapain ya di 2015”. Jujur saja, pada awalnya saya menuliskan resolusi diatas hanya karena “ikut-ikutan orang” dimana tiap awal tahun, orang berbondong bondong menuliskan segala resolusi indahnya namun kebanyakan cita-citanya sudah meredup di akhir bulan Januari 😀 . Tidak ingin sekedar ikutan trend, saya bertekad untuk siap dan bertanggung jawab merealisasikan apa yang sudah saya tulis. Untuk itu saya perlu waktu cukup lama (ga sampe semaleman sih :P) agar merampungkan daftar impian di 2015 dengan pendekatan serealistis mungkin, agar tidak sekedar bunga tidur yang belum tahu jalan mewujudkannya. Bisa dilihat di foto tersebut terdapat 5 bagian besar yang ingin saya raih di 2015, yap benar, ‘cuma’ lima hal itu yang pengen saya kejar. 5 point itu hanyalah garis besarnya saja, bentuk realisasinya adalah tulisan-tulisan kecil di bawahnya. Pada waktu itu saya berharap dengan melakukan hal-hal di tulisan kecil akan mengantarkan saya ke point besar nya. Pertanyaannya, apakah tulisan di atas terbukti efektif?

Bisa dilihat, tiga dari lima mimpi saya berakhir dengan tulisan ‘done’, dan terdapat satu lagi point yang mana saya yakin sudah dekat untuk meraihnya (almost there). Tulisan ‘done’ menandakan bahwa saya telah berhasil mendapatkannya di 2015, yap saya mewujudkannya kawan. Sejujurnya, pada awalnya saya agak pesimis untuk bisa meraih nomor 2 dan 5. Dua point tersebut saya yakini akan menyita banyak tenaga dan waktu, saya sendiri sudah cukup disibukkan dengan kegiatan kuliah (jurusan kimia coy), organisasi sana sini dan jadwal ngajar supaya bisa beli shampo. Ditambah lagi saya sudah sering kali gagal dalam meraih si nomor 5. Tapi memang Tuhan punya kuasa-Nya melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Saya berhasil merasakan atmosfir nomor 2, terbayar jerih payahnya mengejar nomor 4, dan menghirup langsung ‘udara’ nomor 5. Lalu bagaimana ceritanya saya bisa meraih hal-hal di atas?

 

Sebenarnya nomor satu bukanlah resolusi yang ‘wah’ bagi sebagian orang, hal ini dikarenakan memiliki kemampuan bahasa yang baik (terutama bahasa inggris) sudah menjadi tuntutan. Sungguh disayangkan namun juga patut disyukuri karena kesadaran akan pentingnya berbahasa inggris masih ada dalam diri saya, meskipun itu baru muncul 2-3 tahun yang lalu. Hal ini tidak lepas dari mimpi besar saya untuk mendapatkan degree dari kampus top. Terlebih lagi, selama perkuliahan di kimia saya sering kali berjumpa dengan jurnal-jurnal berbahasa inggris, maka mau tidak mau saya menetapkan untuk bisa meraih skor yang bagus baik untuk TOEFL atau IELTS. Namun disayangkan, hingga akhir tahun 2015 saya belum meraih skor yang diinginkan. Kendala utamanya adalah saya memang belum pernah ambil tes IELTS resmi, mahal coy! Untuk menebus sekali test IELTS, sedikitnya 2.3 juta harus saya relakan, itupun tanpa jaminan bahwa saya akan dapat skor yang bagus (yaiyalah tong, mau dapet nilai bagus ya belajar). Kemudian fakta bahwa hasil IELTS hanya berlaku untuk 2 tahun membuat saya urung mengikuti test IELTS sedini ini, pengennya sih test IELTS pas udah mau lulus aja hehe. Tapi pada intinya, saya merasa semakin yakin akan bisa meraih skor itu. Hal ini berkat cara saya menyumpal kuping dengan puluhan podcast berdurasi ratusan jam, rajin baca jurnal dan/atau jakartapost tiap pagi serta sesekali ngomong ga jelas pake bahasa inggris, pokoknya a little progress is still a progress.

IMG_20151214_154803[1]

Berhasil mejeng sebagai SAA untuk tahun 2015

Lanjut ke nomor 2, sampai pada pertengahan bulan Desember saya mengira tidak akan memperoleh yang namanya Student Achievement Award (SAA) 2015 atau biasa dikenal dengan sebutan Mapres (mahasiswa berprestasi). Hal ini semata-mata karena saya pernah mengirim berkas SAA untuk awal tahun 2015 tapi tidak berkabar untuk waktu yang lama, saya menduga berkas saya masih ‘kurang layak’ untuk bisa memperoleh penghargaan bergengsi tingkat kampus tersebut. Hingga pada suatu minggu saya ditandai sebuah foto oleh seorang kawan yang isinya saya berhasil masuk list SAA. Awalnya saya tidak menyangka bisa terpilih karena memang tidak ada satupun info resmi yang masuk ke nomor hp saya, namun ketika cek di website resmi kampus dengan mudah saya menemukan nama yang dimaksud. Yang menarik adalah seremoni penyerahan penghargaan akan dilakukan esok harinya, hari senin tepatnya.

Sejurus kemudian terjadilah momen itu, momen dimana saya duduk bersama seratusan mahasiswa berprestasi lainnya. Satu persatu nama kami dipanggil berdasarkan kategori prestasi, jajaran kampus mulai dari pak Rektor hadir diacara tersebut. Tiba ketika nama dan prestasi saya disebutkan, saya gugup, saya berusaha menikmati momen itu, menghirup udaranya, merasakan bunyinya, jadi beginilah rasanya, rasa bangganya. Ah kawan, terus ingatlah momen ketika kita diatas agar tetap bersyukur.

Nominal yang tertera diatas papan sterofoam sangatlah fantastis, bernilai lebih dari setengah M berhasil membuat saya tergoda untuk bisa beli banyak hal setelah momen ini hahaha. Walaupun saya sadar, uang sebanyak itu pastinya akan dibagi untuk sekian banyak orang juga, aaah seperti biasa saya menaruh ekspektasi yang teramat tinggi. Terlepas dari rupiah yang saya dapat, saya sempat merenung. Menurut pihak kampus, saya memperoleh SAA 2015 untuk kategori partisipasi aktif di forum nasional maupun internasional. Siapa sangka, terpilihnya saya sebagai salah satu partisipan di kegiatan Nuclear Youth Summit (NYS) yang berlangsung akhir tahun 2014 diakui sebagai bentuk partisipasi aktif di forum internasional. Hal ini juga yang kemudian membawa saya keatas panggung auditorium Harun Nasution. Lalu siapa sangka, berkas SAA yang sudah saya ajukan diawal tahun 2015 berhasil dijawab Tuhan 11 bulan kemudian.

20151214_161131-01[1]

siapa yang mau setengah em? gue juga mau sih hehe 

Dari lima daftar impian yang ingin diraih di tahun 2015, hanya nomor 3 yang belum kesampaian. Dengan asumsi awal ingin lulus dari UIN secepatnya, maka menjadi sebuah keharusan untuk segera mengeksusi tugas akhir di awal awal semester 7. Sebenarnya nomor 3 ini hampir saja terwujud, ceritanya dipenghujung semester 6 saya sudah mendapatkan pembimbing untuk tugas akhir di BPPT bidang material bahkan tema penelitian pun sudah diperoleh. Sempat baca-baca jurnal yang dikirimkan oleh dosen pembimbing, saya mantap untuk tugas akhir (TA) disana. Waktu itu rencananya saya akan mulai mengerjakan proyek TA di bulan September, setelah KKN lebih tepatnya. Perkiraan saya meleset, tepatnya beberapa hari sebelum idul fitri saya mendapat info terpilihnya saya sebagai salah satu mahasiswa untuk belajar di Sydney, Australia. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini. Kepergian saya ke negara tetangga berhasil memundurkan rencana awal studi, saya tidak bisa skripsian di semester 7. Semoga tahun 2016 nanti bisa beres skripsi nya yah. Amiin.

Keinginan nomor 4 memang telah lama saya targetkan, sejak menjadi maba (sekarang juga masih baru koq kaka) dan memulai perkuliahan di UIN Jakarta saya memasang target “pokoknya lulus nanti nilainya lebih dari 85%”. Terdengar terlalu muluk dan ambisius bagi sebagian orang, saya memang memasang target itu agar memudahkan saya meraih impian lainnya setelah lulus. Ternyata realita tidak berbanding lurus dengan ekspektasi, semester 1 saya ‘dihajar’ oleh sistem perkuliahan yang nyatanya berbeda dengan saat SMA. Nilai C pada mata kuliah kimia dasar (memalukan yah, padahal gue jurusannya kimia) berhasil menjauhkan saya dari target 85% tersebut. Sebagai seorang pembelajar, belajar dari kesalahan-kesalahan lama adalah sebuah keharusan, alhamdulillah empat semester berikutnya mendapat nilai yang boleh dibilang stabil, bertahan di angka 3 dan 6. Awal semester 6 ada sedikit keraguan akan mendapat nilai yang sama, memang benar kata orang “mempertahankan lebih sulit dari pada meraih”. Dengan jumlah mata kuliah yang masih sangat banyak, tidak kurang dari 11 mata kuliah maka godaan semester 6 itu datang. Sudah ‘jenuh’ dengan “kuliah lagi, kuliah lagi” dan godaan untuk segera nikah (punya calon aja engga :P) maka semakin kendor lah semangat di semester 6. Mengandalkan sisa sisa energi yang sudah terkuras habis di 2 tahun sebelumnya, saya berhasil melalui ujian bernama semester 6. Kini babak baru sudah menanti, meskipun sepertinya tidak ada lagi perkuliahan kelas yang harus saya datangi, episode baru yang harus saya lalui itu bernama….skripsi….

IMG_9676

Mak, aku pengen ke Belanda!

Jika ditanya “manakah impian yang paling fantastis dan bombastis di tahun 2015”, sudah tentu adalah impian nomor 5. Bagaimana tidak, si nomor 5 ini sudah tertanam lama di alam bawah sadar saya untuk segera di raih. Berbagai acara pameran pendidikan di jakarta rutin saya datangi setiap tahun, dari sekedar pengen ngobrol sama native speaker hingga mau coba test simulasi IELTS gratisan. Tidak berhenti disana, sudah banyak aplikasi yang menjanjikan kesempatan ke luar negeri saya kirimkan. Mulai dari bikin essay sampai bikin video kampanye diri, diselenggarakan rutin oleh pemerintah Indonesia hingga kegiatan milik NGO. Kesemuanya berakhir sama, intinya saya gagal berkali-kali hahaha. Sampai yang terakhir saya ingat, bikin tulisan mengenai inovasi-inovasi yang dilakukan oleh orang Belanda berhadiah summer course gratis sebulan di Belanda! Pada waktu itu pihak NESO Indonesia membatasi maksimal 4 tulisan yang boleh diikutsertakan oleh tiap orang, lalu saya? Dengan semangat mengejar Eropa, saya berhasil mengirimkan 4 artikel untuk ikut dilombakan. Perlu kawan kawan ketahui, untuk merampungkan 1 artikel saja yang menarik dan enak dibaca saya butuh waktu 2 minggu, kalikan saja dengan 4 artikel maka kawan kawan bisa menebak berapa lama saya berkutat dengan lomba menulis itu hehe. Bagian paling lama dari menulis itu adalah proofreading berkali-kali, saya bahkan meminta masukkan dari teman-teman untuk bersedia membaca dan mengoreksi tulisan saya, tujuannya supaya tulisan saya ringan dibaca namun memuat banyak informasi yang mudah dicerna oleh berbagai kalangan. Hasil lembur itu berbuah manis, saya terpilih menjadi salah satu dari 10 finalis. Mesipun hanya satu artikel saja yang masuk final, saya cukup senang mengingat ada lebih dari 600 artikel yang diseleksi. Seperti yang sudah sudah, saya menaruh harapan teramat tinggi, dengan pede nya saya yakin bisa keluar sebagai juara 1 atau paling tidak nomor 2 (hadiah nomor 2 berupa summer course 2 minggu di Amsterdam!). Harapan yang terlanjur tinggi dihempaskan begitu saja pada kenyataan bahwa nama saya tidak ada dalam daftar pemenang 1 maupun 2,  bahkan tidak tercatat sebagai tulisan favorit para juri. Untuk kesekian kalinya, saya belum berhasil keluar dari Indonesia, paspor yang sudah berdebu masih harus menunggu waktu lagi sebelum bisa mendapat cap imigrasi pertamanya.

Peluang ke luar negeri datang lagi, mendekati UAS semester 6 saya mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa yang pertama kalinya diadakan UIN Jakarta untuk belajar di Western Sydney University. Tulisan lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.

IMG_5745

foto asli, bukan nyomot di google 😛

Pada akhirnya justru Australia, negara yang sebelumnya tidak pernah saya kejar menjadi destinasi luar negeri pertamaku. Bahkan ketika di Australia saya masih sempat berfikir “kenapa saya tidak menang lomba NESO dan berangkat ke Belanda”. Aah, manusia memang tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya. Saya mencoba memahami, ternyata Tuhan punya rencana lain. Dia ‘mengganti’ 1 bulan saya di Belanda dengan 1 semester di Australia. Sungguh jalan yang tidak diduga. Jika sempat, saya akan menuliskan bagaimana kehidupan saya selama di Australia untuk diposting di blog ini.

IMG_1982

Ini adalah catatan singkat mengenai apa yang telah saya lakukan di 2015. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa 2015 akan menjadi seindah ini. Kawan boleh melihatku sebagai ‘bocah’ yang sangat beruntung ditahun ini, dan aku mensyukuri hal tersebut. Walaupun kawan kawan tidak tahu bahwa dalam perjalanannya banyak hal ‘tidak menyenangkan’ yang dilalui. Ah sudahlah, cukup sudah senyum senyum sendiri mengingat ingat kejadian di 2015. Sekarang, saya harus berhadapan pada 2016 yang menawarkan keseruan keseruan lainnya.

iceberg

gunung es

 

 

10 pemikiran pada “Beranda 12 Bulan

Tinggalkan komentar